Meski kontribusi kecil, kami tetap ikhlas. |
Hal ini dikatakan oleh orum Komunikasi Guru Tidak Tetap (FKGTT), Akhmad Hanif ketika menggelar agresi keprihatinan menuntut biar pemerintah menawarkan kontribusi yang layak. pihaknya memperjuangkan biar GTT sanggup mendapatkan tunjangan dari pemerintah yang nilainya setara dengan UMK.
"Untuk kesejahteraan sangat-sangat kurang. Kita hanya dibayar Rp 150 ribu. Dengan Rp 150 ribu untuk bensin saja tidak cukup. Apalagi rumah kami jauh dari sekolah," kata Akhmad Hanif dikutip dari JPNN.com (10/10/2013).
Selama ini guru honorer yang mengajar di sekolah negeri bahkan minim perhatian dari pemerintah. Salah satunya tidak adanya kesempatan bagi mereka untuk ikut sertifikasi menyerupai yang diberikan kepada guru di sekolah swasta.
"Jangankan kesejahteraan. Perhatian kepada kami sangat minim. Ada kesan kami ini hanya pesuruh bagi PNS," kata Akhmad Hanif yang juga seorang guru di salah satu SD negeri di Kecamatan Wanareja.
Untuk mencukupi kebutuhannya, banyak GTT yang mencari penghasilan tambahan. Di antara mereka ada yang menjadi buruh tani dengan menggarap sawah atau ladang. Tidak sedikit pula yang mencoba berjualan meski penghasilan tidak menentu. Bahkan ada anggota GTT yang menjadi tukang parkir usai mengajar di sekolah.
"Meski kontribusi kecil, kami tetap ikhlas. Namun kami minta kepada bupati dan anggota dewan yang duduk di dewan perwakilan rakyat biar sanggup mendengar dan melihat nasib kami sebagai pendidik," harapnya.
Advertisement